Tahapan- tahapan eksplorasi yang dilakukan di Indonesia kebanyakan mengacu pada standar Australia, karena merupakan negara yang paling nanyak melakukan eksplorasi dan penambangan batubara. Tahapan-tahapan tersebut antara lain, (Dwi Darmadi,1999) :
Tahap Pra Eksplorasi
Pada tahap ini ditetapkan asumsi yang dapat diandalkan mengenai jumlah, kedalaman, luas rentangan, kualitas dan potensi komersial dari lapisan batubara di wilayah sasaran.
Pada tahap ini terhadap data yang ada diperlukan penelitian dan persiapan sebagai berikut :
-
Peta topografi dan peta lahan.
-
Peta geologi dan laporan.
-
Foto udara dan satelit.
-
Peta geofisik regional.
-
Pengetahuan lokal.
-
Laporan eksplorasi.
-
Catatan sumur air.
-
Catatan coal seam outcrops.
-
Survey lahan.
-
Situasi lingkungan.
Untuk melengkapi informasi yang kurang, dapat dilakukan survey geologi permukaan dan pemotretan udara, khususnya untuk bagian yang diperlukan untuk tahap eksplorasi selanjutnya.
Pengkajian regional (eksplorasi tahap I )
Tujuan utamanya adalah menentukan korelasi dan kontinuitas arah lateral lapisan batubara dan formasi batubara dan menentukan penampang penambangan yang mungkin dapat ditambang dengan memperhatikan metode eksploitasi dan potensi permintaan dari pemakai akhir (end user). Yang perlu dipersiapkan adalah peta topografi dengan skala yang sesuai dan peta dasar geologi.
Pertama, apabila secara topografi dan anggaran memungkinkan, maka disarankan untuk menerapkan teknik geofisik seperti survey refleksi seismik bersama beberapa lubang bor seluruh coring dan logging geofisik untuk meneliti parameter stratigrafi dan seismik. Penerapan fotogrametri atau penginderaan jauh juga efektif dalam menentukan sturuktur geologi wilayah dan membantu menentikan lokasi lubang bor ujicoba.
Biasanya, beberapa pengeboran dilakukan dengan mengambil jarak yang jauh. Pengeboran dilaksanakan dengan coring penuh atau tanpa melaksanakan logging geofisik tergantung dari tujuan pengeboran atau non-coring dengan logging geofisik tergantung dari sifat batubara. Logging dilaksanakan dengan berbagai kombinasi, seperti :
-
Resistansi dan potensial spontan (SP).
-
Caliper, densitas dan sinar gamma natural untuk lubang kecil
-
Caliper, densitas, sinar gamma natural dan logging bunyi untuk lubang besar untuk lubang besar untuk memperoleh parameter survey refleksi seismik yang berlainan juga menurut sifat batubara.
Jumlah batubara yang dihitung dari data pengeboran didefenisikan sebagai indicated reserves. Core diameter kecil dites lapisan perlapisan, sehingga ahli geologi dapat membandingkan lapisan batubara, mendeteksi perubahahan lapisan kearah lateral dan dapat menentukan metode preparasi (pemilahan) batubara yang tepat untuk penampang penambangan yang ditetapkan. Juga akan diperoleh informasi kekuatan dari hasil analisis batuan core, sehingga menjadi acuan penentuan metode penambangan batubara yang dimungkinkan.
Urutan (sequence) dari stratigrafi didaerah endapan batubara diperoleh dari korelasi penampang stratigrafi yang didapat dari data lubang bor dan hasil survey refleksi seismik memberi data kontinuitas (fault) lapisan batubara. Perancangan model sedimentasi akan membantu dalam menduga perilaku lapisan batubara.
Tahap I ini akan berakhir ketika lapisan batubara yang ekonomis telah ditetapkan lokasinya dan didefenisikan secara positif dan telah diputuskan metode penambangan serta pemanfaatanya yang potensial sebelum menginjak ke tahap II atau berakhir pada saat rencana pengeboran tahap I telah selesai.
Evaluasi Komersial (eksplorasi tahap II)
Tujuannya adalah melakukan pengkajian yang pasti dan konservatif terhadap kualitas batubara serta kondisi penambangan untuk penambangan sementara batubara. Ditahap ini juga termasuk rencana produksi, perhitungan biaya dan survey pasar.
Pada tahap ini, informasi harus mencapai level yang lebih tinggi untuk menyediakan dasar bagi pengkajiaan metode penambangan, perhitungan biaya dan memilih pasar yang potensial.
Pengeboran harus dilakukan di ruang yang lebih sempit dan test harus dilakukan pada basis operasional untuk menggambarkan penampang (daerah) penambangan. Sifat mekanik dari langit-langit dan lantai seperti kekuatan tari dan tekan harus ditentukan.
Pengujian core diameter kecil meliputi pengujian parameter untuk preparasi batubara seperti densitas distribusi ukuran serta uji apung dan tenggelam untuk memberikan informasi yang lebih terpercaya akan batubara yang dijual.
Perencanaan tambang (eksploitasi tahap III)
Seluruh kerja pada tahap ini adalah perencanaan pengembangan tambang batubara dan konfirmasi data yang ada. Oleh karna itu, pengeboran selama tahap ini harus dilaksanakan dengan tujuan memberikan data terinci untuk perencanaan layout tambang terutama mulut masuk (mine entry). Peralatan preparasi batubara dan spesifikasi penggunaan dipasaran. Cadanagan batubara pada tahap ini paling tidak merupakan measured reserve dan kalau mungkin mineable reserve.
Untuk tambang batubara bawah tanah yang direncanakan, konfigurasi boring dilaksanakan disamping mulut masuk. Pengujian core harus dilaksanakan terinci agar dapat memeriksa kekuatan batuan, sifat mampu cuci (washability) dan kualitas batubara yang akan ditambang pertama.
Untuk daerah dimana terdapat gangguan (ketidakteraturan) seperti patahan (fault) dan dike, selain hal diatas, harus direncanakan pengeboran tambahan untuk konfirmasi. Survey refleksi seismik lebih lanjut tentunya akan mengurangi jumlah pengeboran untuk memeriksa patahan dan dike.
Untuk lapisan dangkal, pengeboran ruang sempit sepanjang garis melintang (transverse line) atau grid akan memberikan profil lapisan yang lebih rinci. Jarak (spacing) harus sedemikian rupa agar dapat menentukan kemiringan lapisan dan posisi serta perbedaan tinggi patahan (fault).
Di wilayah yang akan dikembangkan tambang terbuka, terhadap core dari langit-langit atau lapisan penutup (overburden) harus diuji untuk memperoleh rippability, kelarutan terhadap air, kekuatan mekanik, friability, sifat muai dalam air, permeability, karekteristik pemotongan, aliran air bawah tanah, karekteristik peledakan, serta kestabilan lapisan penutup dan tanah buangan.
Pengeboran non-core atau beberapa teknik lain seperti uji resistensi atau logging yang tegak lurus terhadap garis oksidasi yang diduga harus dilaksanakan untuk menentukan batas (limit) oksidasi lapisan batubara dan low wall.
Beberapa pengeboran dengan diameter besar (150 – 200 mm) harus dilakukan untuk memperoleh sampel batubara curahan, bukan hanya untuk uji mampu cuci (washability), tetapi untuk coking coal adalah uji campur didalam tungku cokes untuk menguji kekuatan coke, dan untuk fuel coal adalah uji presipitibilitas dari fly ash.
Sampling curahan dan atau uji coba penambangan (eksplorasi tahap IV)
Selama tahap akhir eksplorasi, perlu memperoleh massa yang lebih besar, yakni kuantitas tonase batubara dari lapisan melalui parit (trenches) atau pit atau terowongan (adit) atau inclined shaft atau vertical shaft untuk maksud konfirmasi lebih lanjut dari:
-
Sifat geomekanik langit-langit dan lantai, serta lapisan batubara sendiri.
-
Sifat dan jumlah aliran air di dalam dan diatas lapisan.
-
Jumlah emisi gas lapisan.
-
Pemrosesan melalui pabrik preparasi skala penuh atau eksperimental.
-
Kombinasi melalui power station untuk menentukan karekteristik grinding, pembakaran dan pengumpulan fly ash.
-
Tes coking menggunakan tungku coke pilot atau produksi.
-
Pengapalan sampel kepada pemakai (user) yang prospektif.
Pengeboran pada saat produksi
Evaluasi terhadap deposit batubara terus berlanjut selama masih ada tambang sejalan dengan kemajuan produksi. Tujuannya adalah mempertahankan daerah penambangan yang stabil dan memastikan daerah kerja efektif di wilayah pengembangan.
Untuk meneliti patahan (fault) di permukaan maju (advanced faces), kadang kala digunakan metode refleksi seismik dalam lapisan. Untuk mengindentifikasi sifat geologi langit-langit dan kekuatannya, telah dikembangkan probe radimetric yang menggunakan lubang bor, yang dapat mendeteksi batas shale-sandstone atau separasi lapisan di dalam langit-langit.