Real Madrid Kenalkan Kostum Baru

|
Yeah, setelah berhasil merebut gelar la liga Real Madrid akhirnya mengumumkan kostum resmi mereka untuk musim 2012-13. Jersey anyar itu tetap mengusung tradisi panjang 'Los Blancos' serta ditambah sebuah logo pada lengan kiri untuk memperingati perayaan 110 tahun klub ibukota Spanyol itu.

Dengan mengusung misi mempertahankan gelar La Liga dan merebut gelar Liga Champions kesepuluh pada musim depan, aroma kejayaan masa lalu ingin dihidupkan oleh pasukan Santiago Bernabeu.

Warna putih masih mendominasi kostum utama Iker Casillas cs yang dipadu oleh warna biru tua dan warna biru kehijauan (turquoise), membuat kontras pada baju tersebut terlihat tegas. Kerah berbentuk V melengkapi kostum yang terkesan retro itu.

Kostum itu tetap disponsori oleh Adidas dengan menggunakan teknologi Climacool. Bahan khusus itu bisa membuat para pemain mengatur suhu tubuh mereka saat berlaga.
Penjualan kostum adalah salah satu andalan Madrid dalam mendulang keuntungan. Berjejernya nama-nama besar macam Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, Mesut Ozil, sampai Sergio Ramos membuat kostum berwarna putih itu selalu jadi incaran.


Kostum itu tetap disponsori oleh Adidas dengan menggunakan teknologi Climacool. Bahan khusus itu bisa membuat para pemain mengatur suhu tubuh mereka saat berlaga.

Tahapan Eksplorasi Standar Australia

|
Tahapan- tahapan eksplorasi yang dilakukan di Indonesia kebanyakan mengacu pada standar Australia, karena merupakan negara yang paling nanyak melakukan eksplorasi dan penambangan batubara. Tahapan-tahapan tersebut antara lain, (Dwi Darmadi,1999) :

Tahap Pra Eksplorasi

Pada tahap ini ditetapkan asumsi yang dapat diandalkan mengenai jumlah, kedalaman, luas rentangan, kualitas dan potensi komersial dari lapisan batubara di wilayah sasaran.
Pada tahap ini terhadap data yang ada diperlukan penelitian dan persiapan sebagai berikut :
  • Peta topografi dan peta lahan.
  • Peta geologi dan laporan.
  • Foto udara dan satelit.
  • Peta geofisik regional.
  • Pengetahuan lokal.
  • Laporan eksplorasi.
  • Catatan sumur air.
  • Catatan coal seam outcrops.
  • Survey lahan.
  • Situasi lingkungan.
Untuk melengkapi informasi yang kurang, dapat dilakukan survey geologi permukaan dan pemotretan udara, khususnya untuk bagian yang diperlukan untuk tahap eksplorasi selanjutnya.
Pengkajian regional (eksplorasi tahap I )

Tujuan utamanya adalah menentukan korelasi dan kontinuitas arah lateral  lapisan batubara dan formasi batubara dan menentukan penampang penambangan yang mungkin dapat ditambang dengan memperhatikan metode eksploitasi dan potensi permintaan dari pemakai akhir (end user).  Yang perlu dipersiapkan adalah peta topografi dengan skala yang sesuai dan peta dasar geologi.
Pertama, apabila secara topografi dan anggaran memungkinkan, maka disarankan untuk menerapkan teknik geofisik seperti survey refleksi seismik bersama beberapa lubang bor seluruh coring dan logging geofisik untuk meneliti parameter stratigrafi dan seismik. Penerapan fotogrametri atau penginderaan jauh juga efektif dalam menentukan sturuktur geologi wilayah dan membantu menentikan lokasi lubang bor ujicoba.
Biasanya, beberapa pengeboran dilakukan dengan mengambil jarak yang jauh. Pengeboran dilaksanakan dengan coring penuh atau tanpa melaksanakan logging geofisik tergantung dari tujuan pengeboran atau non-coring dengan logging geofisik tergantung dari sifat batubara.  Logging dilaksanakan dengan berbagai kombinasi, seperti :
  • Resistansi dan potensial spontan (SP).
  • Caliper, densitas dan sinar gamma natural untuk lubang kecil
  • Caliper, densitas, sinar gamma natural dan logging bunyi untuk lubang besar untuk lubang besar untuk memperoleh parameter survey refleksi seismik yang berlainan juga menurut sifat batubara.
Jumlah batubara yang dihitung dari data pengeboran didefenisikan  sebagai indicated reserves. Core diameter kecil dites lapisan perlapisan, sehingga ahli geologi dapat membandingkan lapisan batubara, mendeteksi perubahahan lapisan kearah lateral dan dapat menentukan metode preparasi (pemilahan) batubara yang tepat untuk penampang penambangan yang ditetapkan. Juga akan diperoleh informasi kekuatan dari hasil analisis batuan core, sehingga menjadi acuan penentuan metode penambangan batubara yang dimungkinkan.
Urutan (sequence) dari stratigrafi didaerah endapan batubara diperoleh dari korelasi penampang stratigrafi yang didapat dari data lubang bor dan hasil survey refleksi seismik memberi data kontinuitas (fault) lapisan batubara. Perancangan model sedimentasi akan membantu dalam menduga perilaku lapisan batubara.
Tahap I ini akan berakhir ketika lapisan batubara yang ekonomis telah ditetapkan lokasinya dan didefenisikan secara positif dan telah diputuskan metode penambangan serta pemanfaatanya yang potensial sebelum menginjak ke tahap II atau berakhir pada saat rencana pengeboran tahap I telah selesai.
Evaluasi Komersial (eksplorasi tahap II)

Tujuannya adalah melakukan pengkajian yang pasti dan konservatif terhadap kualitas batubara serta kondisi penambangan untuk penambangan sementara batubara. Ditahap ini juga termasuk rencana produksi, perhitungan biaya dan survey pasar.
Pada tahap ini, informasi harus mencapai level yang lebih tinggi untuk menyediakan dasar bagi pengkajiaan metode penambangan, perhitungan biaya dan memilih pasar yang potensial.
Pengeboran harus dilakukan di ruang yang lebih sempit dan test harus dilakukan pada basis operasional untuk menggambarkan penampang (daerah) penambangan. Sifat mekanik dari langit-langit dan lantai seperti kekuatan tari dan tekan harus ditentukan.
Pengujian core diameter kecil meliputi pengujian parameter untuk preparasi batubara seperti densitas distribusi ukuran serta uji apung dan tenggelam untuk memberikan informasi yang lebih terpercaya akan batubara yang dijual.
Perencanaan tambang (eksploitasi tahap III)

Seluruh kerja pada tahap ini adalah perencanaan pengembangan tambang batubara dan konfirmasi data yang ada. Oleh karna itu, pengeboran selama tahap ini harus dilaksanakan dengan tujuan memberikan data terinci untuk perencanaan layout tambang terutama mulut masuk (mine entry). Peralatan preparasi batubara dan spesifikasi penggunaan dipasaran. Cadanagan batubara pada tahap ini paling tidak merupakan measured reserve dan kalau mungkin mineable reserve.
Untuk tambang batubara bawah tanah yang direncanakan, konfigurasi boring dilaksanakan disamping mulut masuk. Pengujian core harus dilaksanakan terinci agar dapat memeriksa kekuatan batuan, sifat mampu cuci (washability) dan kualitas batubara yang akan ditambang pertama.
Untuk daerah dimana terdapat gangguan (ketidakteraturan) seperti patahan (fault) dan dike, selain hal diatas, harus direncanakan pengeboran tambahan untuk konfirmasi. Survey refleksi seismik lebih lanjut tentunya akan mengurangi jumlah pengeboran untuk memeriksa patahan dan dike.
Untuk lapisan dangkal, pengeboran ruang sempit sepanjang garis melintang (transverse line) atau grid akan memberikan profil lapisan yang lebih rinci. Jarak (spacing) harus sedemikian rupa agar dapat menentukan kemiringan lapisan dan posisi serta perbedaan tinggi patahan (fault).
Di wilayah yang akan dikembangkan tambang terbuka, terhadap core dari langit-langit atau lapisan penutup (overburden) harus diuji untuk memperoleh rippability, kelarutan terhadap air, kekuatan mekanik, friability, sifat muai dalam air, permeability, karekteristik pemotongan, aliran air bawah tanah, karekteristik peledakan, serta kestabilan lapisan penutup dan tanah buangan.
Pengeboran non-core atau beberapa teknik lain seperti uji resistensi atau logging yang tegak lurus terhadap garis oksidasi yang diduga harus dilaksanakan untuk menentukan batas (limit) oksidasi lapisan batubara dan low wall.
Beberapa pengeboran dengan diameter besar (150 – 200 mm) harus dilakukan untuk memperoleh sampel batubara curahan, bukan hanya untuk uji mampu cuci (washability), tetapi untuk coking coal adalah uji campur didalam tungku cokes untuk menguji kekuatan coke, dan untuk fuel coal adalah uji presipitibilitas dari fly ash.
Sampling curahan dan atau uji coba penambangan (eksplorasi tahap IV)

Selama tahap akhir eksplorasi, perlu memperoleh massa yang lebih besar, yakni kuantitas tonase batubara dari lapisan melalui parit (trenches) atau pit atau terowongan (adit) atau inclined shaft atau vertical shaft  untuk maksud konfirmasi lebih lanjut dari:
  • Sifat geomekanik langit-langit dan lantai, serta lapisan batubara sendiri.
  • Sifat dan jumlah aliran air di dalam dan diatas lapisan.
  • Jumlah emisi gas lapisan.
  • Pemrosesan melalui pabrik preparasi skala penuh atau eksperimental.
  • Kombinasi melalui power station untuk menentukan karekteristik grinding, pembakaran dan pengumpulan fly ash.
  • Tes coking menggunakan tungku coke pilot atau produksi.
  • Pengapalan sampel kepada pemakai (user) yang prospektif. 
Pengeboran pada saat produksi

Evaluasi terhadap deposit batubara terus berlanjut selama masih ada tambang sejalan dengan kemajuan produksi. Tujuannya adalah mempertahankan daerah penambangan yang stabil dan memastikan daerah kerja efektif di wilayah pengembangan.
Untuk meneliti patahan (fault) di permukaan maju (advanced faces), kadang kala digunakan metode refleksi seismik dalam lapisan. Untuk mengindentifikasi sifat geologi langit-langit dan kekuatannya, telah dikembangkan probe radimetric yang menggunakan lubang bor, yang dapat mendeteksi batas shale-sandstone atau separasi lapisan di dalam langit-langit.

Jenis dan kegiatan eksplorasi

|
Menurut Japan Coal Energy Center (1999), ada dua jenis umum eksplorasi, yaitu regional dan detail. Eksplorasi regional adalah kegiatan dengan maksud menemukan, menentukan bagaimana dan dimana endapan itu berada. Sedangkan eksplorasi detail dikerjakan untuk daerah yang lebih spesifik dimana endapan itu berada dan telah terbukti.

Daerah yang akan dieksplorasi dari yang sangat luas sampai dengan daerah dimana seam batubara diketahui. Eksplorasi batubara dapat dilakukan sebagai berikut :

Prospeksi geologi dengan pemboran minimum. Eksplorasi jenis ini umumnya dilakukan pada daerah yang terdapat banyak singkapan (out crop) dan formasi geologinya telah diketahui dengan baik.

Pemboran acak. Metode ini pada daerah yang sebelumnya telah dieksplorasi dengan kondisi geologi yang dapat diperkirakan.

Pemboran dengan menggunakan pola dan pendekatan statistik. Tipe kegiatan ini penting dilakukan pada daerah yang belum terjamah dan kondisi geologinya bervariasi.

Eksplorasi yang dilakukan secara berkesinambungan sangat diperlukan oleh perusahaan tambang batubara untuk mendapatkan informasi mengenai overburden dan karekteristik dari batubara.

Teknik Eksplorasi

|

Tracing Float

Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari badan bijih yang lapuk dan ter-erosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai.

Tracing (penjejakan ≈ perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.

Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung mineralisasi (termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga jarak float terhadap sumbernya. Selain itu sifat dan karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung.
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan (tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing float.

Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test pitting).

Trenching

Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.
Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.
Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui. Informasi yang dapat diperoleh antara lain; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.
Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :
    1. Terbatas pada overburden yang tipis,
    2. Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan menggunakan eksavator/back hoe),
    3. Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung). 

Test Pit


Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal.
Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.
Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).
Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3–5 m dengan kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan dasar.

Pemboran

Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh.
Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan dan direncanakan dengan baik adalah :
    1. kondisi geologi dan topografi,
    2. tipe pemboran yang akan digunakan,
    3. spasi pemboran,
    4. waktu pemboran, dan
    5. pelaksana (kontraktor) pemboran.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat pemboran :
    1. tujuan (open hole – coring),
    2. topografi dan geografi (keadaan medan, sumber air),
    3. litologi dan struktur geologi (kedalaman pemboran, pemilihan mata bor),
    4. biaya dan waktu yang tersedia, serta
    5.  peralatan dan keterampilan.
Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain :
    1. identifikasi struktur geologi,
    2. sifat fisik batuan samping dan badan bijih,
    3. mineralogi batuan samping dan badan bijih,
    4. geometri endapan,
    5. sampling, dll.
   

Tahapan Eksplorasi

|
Tahapan Eksplorasi
Tahap eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, yakni survei tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi rinci.
Tujuan penyelidikan geologi ini adalah untuk mengindentifikasi keterdapatan,keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas suatu endapan batu bara sebagai dasar analisis/kajian kemungkinan dilakukannya investasi.
Tahap penyelidikan tersebut menentukan tingkat keyakinan geologi dan kelas sumber daya batu bara yang dihasilkan. Penghitungan sumber daya batu bara dilakukan dengan berbagai metoda diantaranya poligon, penampangan, isopach, inverse distance, geostatisik, dan lain-lain. ( SNI AMANDEMEN 1 – SNI 13-5014-1998 ICS 73.020)
·         Survei Tinjau (Reconnaissance)
Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi batu bara yang paling awal dengan tujuan mengindentifikasi daerah–daerah yang secara geologis mengandung endapan batu bara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah.
Kegiatannya, antara lain, studi geologi regional, penafsiran penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya 1:100.000
·         Prospeksi (Prospecting)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan batu bara yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, di antaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji (scout drilling), pencontohan, dan analisis. Metode eksplorasi tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika, dapat dilaksanakan apabila dianggap perlu.
·         Eksplorasi Pendahuluan ( Preliminary Exploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal bentuk tiga-dimensi endapan batu bara yang meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi, sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan yang dilakukan antara lain, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging) geofisika, pembuatan sumuran/paritan uji, dan pencontohan yang andal. Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi dimulai dapat dilakukan.
·         Eksplorasi Rincian (Detailed exploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta model tiga-dimensi endapan batu bara secara lebih rinci. Kegiatan yang harus dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000, pemboran dan pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging) geofisika, serta pengkajian geohidrologi dan geoteknik. Pada tahap ini perlu dilakukan penyelidikan pendahuluan pada batu bara, batuan, air dan lainnya yang dipandang perlu sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan dengan rencana kegiatan penambangan yang diajukan.